Monday, March 2, 2015

Pusat Sentra Industri Kreatif Jepara

Pusat Sentra Industri Kreatif Jepara
Kerajinan Jepara
Jepara merupakan salah satu kota yang menyimpan berjuta potensi, Jepara merupakan kota yang sangat layak untuk disinggahi. Letaknya geografisnya yang berada di semenanjung Muria dan cenderung menjorok ke laut, menjadikan Jepara merupakan satu-satunya kabupaten paling eksotis di Jawa Tengah. Dahulunya Jepara merupakan jalur utama transmisi peradaban dan perdagangan dari luar menuju ke pulau Jawa. Sejarah panjang yang dilalui kota Jepara merupakan cerita menarik yang tak kan habis untuk dibahas. Sejumlah penguasa pernah tercatat memerintah dengan berpusatkan kota ini, semisal dalam sejarah pulau Jawa pada milenium pertama, Ratu Shima (640 M) sang penguasa beragama Hindu dari Kerajaan Kalingga. Konon kerajaan sang ratu yang terkenal sangat adil, tegas dan bijaksana ini dahulu berada di wilayah Keling (Holing). Kemudian terdapat pula Ratu Kalinyamat atau Retno Kencono (1549 – 1579 M), penguasa yang sangat gigih dan berani dalam memerangi penjajah Portugis. Bersama suaminya Sultan Hadlirin dan bersama beberapa kerabatnya, sang ratu dimakamkan di sebuah daerah yang kini dikenal sebagai wilayah Mantingan. Di daerah Mantingan ini pulalah Sultan Hadlirin mendirikan sebuah masjid yang tercatat sebagai masjid tertua kedua di Jawa setelah Masjid Demak. Konon pula cikal bakal seni ukir Jepara yang tersohor di seluruh dunia hingga saat ini bermula dari tempat ini, Mantingan. Ini terbukti dengan keberadaan relief ukir di atas media batu kapur yang sekarang masih tertempel pada dinding Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan. Selain itu terekam pula dalam sejarah mengenai beberapa penguasa masyhur lain yang pernah memerintah Jepara. Sebut saja Pati Unus (1507–1521 M), Faletehan / Fatahillah (1521–1536 M), Sultan Trenggono dan lain sebagainya.

1. Kerajinan Ukir
Sentra Krajinan Ukir
Ukiran adalah kerajinan utama dari kota Jepara. Ukiran dari kayu di Jepara ini untuk produksinya ada tempat-tempat yang lekat dengan para ahli pahat ukir Jepara sebagai centre of production yaitu di Desa Mulyoharjo untuk pusat kerjinan ukir dan patung Jepara. Yang dimaksud disini adalah ukiran yang berasal dari kayu yang bisa berasal dari kayu jati, mahoni, sengon dan lain-lain. Di kota Jepara hampir di seluruh kecamatan
Menurut sejarah mengapa masyarakat Jepara mempunyai keahlian di pahat ukir kayu adalah konon pada jaman dulu kala ada seorang seniman hebat yang bernama Ki Sungging Adi Luwih. Dia tinggal di kerajaan.Kepiawaian Ki Sungging ini terkenal dan sang raja pun akhirnya mengetahuinya.Singkat cerita raja bermaksud memesan gambar untuk permaisurinya kepada    Ki Sungging. Ki Sungging bisa menyelesaikan gambarnya dengan baik namun pada saat           Ki Sungging hendak menambahkan cat hitam pada rambutnya,ada cat yang tercecer di gambar permaisuri tersebut bagian paha sehingga nampak seperti tahilalat.Kemudian diserahkan kepada raja dan raja sangat kagum dengan hasil karyanya.Namun takdir berkata lain sang raja curiga kepada Ki Sungging  difikir Ki Sungging pernah melihat permaisuri telanjang karena adanya gambar tahilalat pada pahanya. Akhirnya raja menghukum Ki sungging dengan membawa alat pahat disuruh membuat patung permaisuri di udara dengan naik layang-layang. Mempunyai mebel dan ukir kayu sesuai dengan keahliannya sendiri-sendiri. Hasil dari kerajinan ukir Jepara bisa bermacam-macam bentuk mulai dari motif patung, motif daun,relief dan lain-lain.

2. Tenun Troso
Sentra Tenun Troso

Keanggunan Bumi Kartini tak hanya terpancar dari ukiran-ukiran di kerajinan jatinya. Keindahan dan keunikan lainnya dapat kita temui di sebuah Desa di daerah Pecangaan, sekitar 15 km dari kota Jepara. Desa tersebut bernama Desa Troso, yang juga merupakan desa penghasil kerajinan tenun ikat yang sengaja dinamakan sama dengan tempatnya dibuat, Kain Troso.


Dari jalan raya, kita akan disambut oleh gapura besar bertuliskan “Selamat Datang di Desa Troso”, yang menandai betapa desa ini layak dijadikan sebagai tempat wisata belanja. Sepanjang jalan kita akan menyusuri beberapa toko dan home industry yang juga sekaligus dijadikan sebagai galeri. Di kanan dan kiri jalan, berhadapan, hampir setiap rumah disana adalah pengrajin kain troso. Sangat banyak pilihan memang, tapi yang jelas, yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan adalah toko yang cukup besar dengan koleksi kain yang banyak.
Diantara banyaknya industri tekstil beraneka bahan yang diproduksi menggunakan mesin, industry tekstil Desa Troso terus mempertahankan kualitas handmade.



3. Kerajinan Rotan
Sentra Anyaman Rotan-Bambu

Jepara memang pusatnya industri kreatif, tak hanya kerajinan ukiran, monel, roti dan kue, tapi juga rotan. Berbicara mengenai industri rotan., jepara mempunyai pusat industri kerajinan anyaman rotan yang berada di kecamatan welahan, tepatnya di Desa Teluk Wetan. Desa Teluk Wetan berada di bagian selatan Kabupaten Jepara, dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Demak dari arah Semarang, sentra kerajinan rotan ini berjarak sekitar 5 Km setelah melewati Kabupaten Demak menuju Jepara diapit oleh Desa Manyargading, Bandungrejo, Brantak Sekarjati, Kalipucang Wetan, dan Sidigede atau sekitar 29 Km ke arah selatan dari pusat Kota Jepara, letaknya relatif mudah dijangkau karena berdekatan dengan Kantor Kecamatan Welahan dan telah diberikan plang besar bertuliskan "Sentra Anyaman Rotan dan Bambu".

Sentra kerajinan rotan ini sudah berdiri sejak tahun 1970-an. Sejarahnya ada tiga orang warga desa Teluk Wetan mendapat kesempatan mengikuti pelatihan di Filipina dari pemerintah untuk belajar seluk beluk kerajinan rotan. Sekembalinya ke Jepara, mereka kemudian menyebarkan ilmu yang mereka dapatkan dan mengajarkan warga desa bagaimana membuat anyaman rotan yang berkembang turun-temurun hingga sekarang, hingga pada tahun 1990-an pemerintah meresmikan Desa Teluk Wetan sebagai sentra kerajinan rotan. Saat ini hampir 90% warga desa berprofesi sebagai perajin rotan. "Ada sekitar 50 kios rotan di desa ini, sejak itulah Desa Teluk Wetan menjadi sentra kerajinan anyaman rotan terbesar kedua di Jawa Tengah setelah Terangsan, Surakarta.


4. Kerajinan Monel
Sentra Industri Monel

Beragam perhiasan cincin, gelang, dan kalung tertata di etalase toko. Perhiasan itu berwarna putih, berbahan baja putih yang oleh masyarakat setempat disebut monel. Selain perhiasan, di sana dipajang pula aneka kerajinan berbahan monel. Ada aksesori, alat pijat refleksi dan kerokan, penggaruk punggung, dan beragam lainnya. Pengunjung toko pun silih berganti berdatangan lalu memilih-milih barang yang diinginkannya. Pemandangan itulah yang terlihat sehari-hari di Seni Sakti Monel, Kawasan Kriyan, Jepara, Jawa Tengah. Dari arah jalan raya Kudus menuju pusat kota Jepara, Kriyan terletak di sebelah kiri jalan. Ada tugu penanda bertuliskan Sentra Industri Kerajinan Monel, Kriyan, Jepara. Di kanan-kiri jalan Kriyan, belasan ruang pajang monel menawarkan seni kriya khas daerah itu. Kerajinan itu sendiri sudah lama ada di sana dan merupakan warisan dari leluhur.


Melihat seni kerajinan monel di desa Kriyan, terbentang kesetiaan pada seni warisan leluhur yang diperlihatkan dan dikembangkan. Berkat kerja keras pengrajinnya, kini monel menjadi seni kerajinan yang meluas ke berbagai daerah lain. Menurut H. Abdur Rochim, pemilik gerai Sinar Sakti Monel, yang bangunannya paling megah di daerah itu, sudah sejak tahun 70-an pengrajin monel ada di desanya. Kala itu sebagian besar yang dibuat adalah cincin, baik cincin untuk lelaki maupun perempuan. Saat remaja, Abdur kerap mengambil beragam cincin dari pengrajin, kemudian menjajakannya ke berbagai kota. Masa sulit sempat ia lalui di awal perjalanannya. Dengan berjualan di kaki lima., awalnya ia memang perlu mengenalkan terlebih dahulu kerajinan monel itu seperti apa. Hingga lama-lama banyak yang menyukai. Dibandingkan perhiasan lain seperti emas dan perak, harga monel memang lebih murah. Meski begitu tak kalah menarik bila dipakai.

5. Kerajinan Mainan Anak-Anak
Sentra Mainan Anak

Desa Karanganyar pada mulanya bernama Desa Ngemplek. Desa Ngemplek adalah hutan belantara dan tidak memiliki penghuni. Seiring berjalannya waktu, penduduk mulai berdatangan dan menghuni Desa Ngemplek. Penduduk pada zaman dahulu membuka hutan dan bercocok tanam untuk penghidupan sehari-hari. Penduduk mulai berdatangan dan memadati Desa Ngemplek. Bentuk Permukiman di Desa ini cenderung organis dan mengikuti alur Sungai. Almarhum Mbah Dzaru dan Almarhumah Mbah Surti mengganti nama Desa Ngemplek menjadi Desa Karanganyar seperti sekarang.


Desa Karanganyar adalah desa penghasil Mainan Tradisional Anak-Anak terbesar se-Indonesia, oleh karena itu Desa Karnganyar sekarang menjadi Sentral Industri Kerajinan Mainan Anak. Produk dari desa Karanganyar membanjiri pasar Nasional dan banyak permintaan dari luar negeri[1]. Maka pemasaran mainan tradisional anak-anak ini di ekspor keberbagai negara, karena sudah mempunyai banyak pelanggan di berbagai negara, seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, China, Jepang, Amerika, dll. Selain itu Desa Karanganyar juga berpotensi sebagai Desa Wisata atau Kampung Dolanan karena lokasi desa masih banyak persawahan, alami, rumah-rumah tradisional Jawa, dan dolanan tradisional.

Desa Karanganyar adalah desa unik yaitu desa ini yang masih menganut salah satu tata kota zaman kerajaan jawa kuno yaitu rumah penduduk menggerombol mengikuti alur sungai, rumah-rumah penduduk berkumpul dan berjajar mengikuti alur sungai.






Mulyoharjo adalah sebuah desa di kecamatan Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Indonesia. desa mulyoharjo juga di kenal sebagai sentra industri seni patung dan pahat dari kayu. desa mulyoharjo merupakan cikal bakal dari seni ukir jepara. zaman dahulu terkenal dengan ukiran Macan Kurung. Desa Mulyoharjo adalah Desa Wisata Industri Kreatif (DEWINDIF).


Di luar furniture, industri pengolahan kayu di Jepara juga dikembangkan dalam produk kerajinan, termasuk souvenir, Macan Kurung, patung di Mulyoharjo. Terdapat 157 unit usaha yang menggeluti jenis industri ini. Sebanyak 1.095 pekerja yang menggeluti industri ini sepanjang tahun 2008 tercatat menghasilkan 418.737 set / buah produk. Dari produk itu nilai produksi yang dihasilkan adalah sebesar Rp. 3.349.900.000,-. Konsumen di luar negeri memberikan kepercayaan pada perajin di Jepara karena mereka memiliki keunggulan kompetitif yang jauh lebih baik dibanding produsen di tempat lain. Kehalusan finishing dan detail produk yang jauh lebih baik, telah memberikan daya tarik yang luar biasa bagi peminat produk di berbagai belahan dunia.

LIHAT HARGA PAKET WISATA KARIMUNJAWA


INFO LENGKAP PAKET



Contact Person :
Telp                    : 0291-4260109
WhatsApp         : 082234463000
PIN                      : 5D97A4D7
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner